Bertemu Lucky Hakim, KDM Beberkan Penyebab Kemiskinan di Indramayu!
INDRAMAYU.RMJABAR.COM - Problem Indramayu sangat kompleks dari mulai kemiskinan, pernikahan dini, pendidikan.
Demikian disampaikan Gubernur Jawa Barat terpilih Dedi Mulyadi saat menerima menerima Bupati terpilih Lucky Hakim dan Wakil Bupati Indramayu terpilih Saefudin di kediamannya.
"Problem di Indramayu itu kan sangat kompleks banget, dari problem kemiskinan, terus kemudian pernikahan di bawah umur, dan tingkat pendidikan yang relativ masih rendah ya," ujar Dedi.
Dedi Mulyadi yang akarab disapa Kang Dedi Mulyadi disingkat KDM itu lantas menayakan kepad pada Lucky Hakim apa yang menjadi konsen kedepan untuk permasalahan-permasalahan yang ada di masyarakat.
Lucky lantas menjawab dalam waktu dekat akan membenahi birokrasi di Pemkab Indramayu yang ada 14 posisi jabatan kosong.
Lucky Hakim menjelaskan, Indramayu memang dipandang sebagai wilayah paling miskin di Jawa Barat. Namun, harapan untuk berkembang cukup terbuka. Lucky menyebutnya persoalan di tata kelola.
"Tapi kalau saya lihat Kabupaten Indramayu itu tidak miskin cuman banyak orang miskin di atasanya. Tapi basicly Indramayu itu kaya dengan segala macam yang kita punya. Jadi sebenarnya kan tata kelola saja (masih kurang),"ujar Lucky.
Sementara KDM menilai Indramayu memiliki sawah yang luas, laut nya luas, orang kaya nya banyak.
"Orang kayanya banyak tapi dikategorikan miskin menurut saya faktor utamanya karena menurut saya mereka itu sebenarnya buruh tani. Mereka tidak punya lahan, lahannya punya orang kaya," ujar KDM.
KDM menyamakan kondisi tersebut mirip dengan wilayah Subang Utara seperti Ciasem, Pamanukan. Dimana orang kayanya banyak tapi yang susah nya juga banyak.
"Nah di situ problem nya adalah tata niaga beras. Kalau di daerah saya kan (Purwakarta) proses dari mulai nanam (padi) sampai panen. Nanti kan ada bagi hasil tuh 6 liter ke yang punya (lahan), 1 liter ke buruh tani," jelasnya.
Dalam prosesnya, kata KDM petanu nanam dapat upah, ngerambet dapat upah.
"Suaminya kerja bangunan. Kemudian ketika panen dia (buruh tani) pulang membawa padi ke rumah dan padi nya disimpan," ujarnya.
"Nah kalau Indramayu, Subang Utara, begitu panen (padi) bawa duit. Pulang ke rumah selametan (syukuran), hajatan, duitnya habiskah pake nyawer, pake anak-anak nya jajan. Besok nya dia ngantri beras bagian beras yang sebenarnya dia produksi kemudian besok harus dia beli. Ya itu culture (budaya)," sambung KDM.
KDM menyebut culture (budaya) tersebut yang membuat miskin.
"Jadi dia mengganti beras dengan uang. Dia membeli beras yang dia produksi sendiri tapi harganya sudah mahal. Kemudian di rumah nya dia selametan ikut hajatan dia keluar duit. Kalau dia hajatan dia mengeluarkan biaya lagi dan itu rotasi muter ditambah sekolah nya rendah, usia perkawinan anak-anaknya relatif muda," demikian tutup tandas Kang Dedi Mulyadi.
Bale Jabar | 2 hari yang lalu
Indramayu Kita | 3 hari yang lalu
Indramayu Kita | 2 hari yang lalu
Hukum | 4 hari yang lalu
Bale Jabar | 4 hari yang lalu
Ekbis | 4 hari yang lalu
Nasional | 6 hari yang lalu
Indramayu Kita | 4 hari yang lalu
DISWAY | 4 hari yang lalu